Wednesday, June 27, 2012

BEST FRIEND


Sahabat. Adalah dikala kita harus saling mengerti. Dibalik senyuman, tawa, canda, pengertian pun harus selalu hadir didalamnya. Apa penyebabnya, semua orang pun tak tahu. Rasa pengertian memang tidak spontan datang. Rasa pengertian memang hanya datang dalam suatu kesempatan.
Bagaimana rasa itu tersalurkan, hanya dari seseorang yang memiliki cinta. Cinta yang tulus karnanya. Sahabat tak seperti kekasih. Yang hanya datang karna ada keinginan tersendiri. Sahabat adalah orang yang paling mengerti keadaan. Baik suka, duka, maupun keadaan yang melibatkan suka dan duka.
Kehancuran bisa terjadi. Bilamana hubungan itu tidak dibina secara matang, kerenggangan yang akan ditimbulkan kelak. Waktupun bisa dijadikan permasalahan yang diakibatkan. Salah seorangpun lewat emosi. Dan salah duanya juga lewat kendali. Hancur. Tidak ada lagi kemenangan yang dirasakan. Hanya gelisah yang setiap saat dirasakan.
Berdiam pun diambil sebagai alternatif. Diam memang lebih indah dirasakan bila hal ini terjadi. Menanggung resiko memang berat. Tetapi lebih berat bila masalah yang disebut ‘sepele’ ditindaklanjutkan. Apa akibatyang ditimbulkan? Apa permasalahan yang akan datang?
Tuhan memang pintar. Dia menguji kita. Menguji kesabaran kita. Tapi tak ada satupun yang mengalah. Dia tetap seperti ratu yang harus menuruti kehendaknya. Dimana letak pengertian tadi? Persahabatan ini hancur hanya karena masalah waktu. Persahabatan ini hancur hanya karena masalah kondisi. Apakah ini tidak layak disebut labil?
Benar-benar ujian yang kurasakan. Merasakan ini lebih terbawa beban daripada merasakan ujian sekolah. Tapi satu hal, jangan pernah lupakan ini. Karena ini merupakan pengalaman yang tak ternilai. Pengalaman yang dapat kau ambil sisi positifnya untuk hidup yang lebih baik. Don’t make it depressed. Let’s make it interest.   
BESTFRIEND FOR EVER J



I Miss You


Kamu memang tak seindah dulu. Bagaimana caranya untuk kembali, kamu tak akan sama seperti dulu. Banyak hal misterius yang hilang dari dirimu. Tawa, senyum, serta dingin yang menjadi suatu hal yang menonjol dari dalam dirimu pun hilang entah kemana.
Aku tak tahu apa penyebabnya. Selera hidupmu seakan hilang dalam gelapnya dilema yang menyerang. Apa semua itu karena cinta?. Pengalaman demi pengalaman kau tempuh dengan pijakan semangat yang teguh. Tapi kehendak berkata lain. Kau terpuruk di dalam keindahan yang tak dapat di ungkapkan. Kau jatuh dalam keanggunan yang melelehkan seisi hasrat.
Bagaikan pepatah ‘menjilat ludah sendiri’ adalah ungkapan sindiran dalam benakku. Banyak hal yang menghantuiku untuk menjauh. Seakan mendorongku untuk sirna dalam dunia ini. Kau memang telah merusakku. Bukan rusak dalam keburukan. Tapi rusak dalam mempercayai kepercayaan yang tidak sengaja kau berikan untukku.
Seperti angin memang hal itu hinggap di fikiranku. Dan tidak akan seperti angin untuk memusnahkan namamu di kehidupanku. Rindu. Ya, rindu memang selalu hadir dimana aku mengingat akan kepercayaanmu yang sengaja tak kubuang dalam benakku. Rindu akan matamu yang selalu memicingkan harapan kehadiran cinta yang sempurna.
Apakah itu semua hanya pelajaran yang kau berikan untukku? Untuk kupelajari lebih dalam apa arti harapan yang sesungguhnya? Sedalam apakah cinta yang sebenarnya? Seperti apa mencintai dan dicintai?
Aku memang tidak berpengalaman. Aku memang belum pernah merasakan dicintai sesempurna cinta yang kau punya. Tapi apa salahku mengatakan cinta putih ini untukmu? Apa salahku ingin memilikimu seutuhnya? Apa menurutmu aku seorang pemimpi? Atau bahkan kau memberi pendapat bahwa aku jatuh dalam mimpi burukku?
Tidak. Aku sadar. Ini aku. Dan ini mauku. Walau sebesar badai yang datang. Separah angin topan menerjang. Aku akan tetap mencintaimu. Aku tetap menyayangimu. Dan aku tetap ingin memilikimu.